KELEGAAN HATI
“Tep-tep-tep” terdengar suara langkah kaki yang memasuki pelataran rumah. Terlihat seorang anak laki-laki datang dengan langkah lunglai duduk di atas kursi kayu yang sudah lapuk., sambil merenungkan kejadian siang tadi di sekolah. “Ah, bodoh banget sih aku ini. Harusnya mereka tadi kubantu cari data. Lagian hari ini juga nggak ada les. Aduh sial, SIAAAL!” batinnya dalam hati. “Daichi, Daichi, ayo cepat makan kesini. Nanti makanannya keburu dingin lho” terdengar suara ibunya memanggil. Diliriknya arloji “made in Indonesia”-nya itu. “Haaah, sudah jam dua siang?? Lama sekali aku duduk tadi.” Dengan bergegas Daichi menemui ibunya. “Ada apa kok kamu duduk termenung di teras? Habis berkelahi ya?” tanya sang ibu lembut, menanggapi raut muka anaknya yang murung. “Nggak kok ma. Aku cuma menyesal sudah menolak ajakan si Sora ke warnet untuk cari data pelajaran di internet. Harusnya aku ‘kan bisa jadi ‘orang pintar’ disana. Lagian kasihan juga ‘kan kalau dia nggak bisa. Nanti malah cuma bengong aja.” Jawab Daichi jujur. “Terus kenapa kau tolak, Daichi?” tanya ibu kembali. “Yah, karena temannya Sora yang bernama Ryuko itu nyontek pekerjaanku waktu try out. Aku kan jadi males sama dia. Tapi entah kenapa aku juga jadi nggak suka sama kelompoknya, termasuk Sora. Jadi tadi siang aku ogah-ogahan untuk bantuin mereka. Tapi entah kenapa aku merasa kalau aku harus bantu mereka. Sayangnya, si Ryuko bilang, kalau aku nggak mau ikut, aku boleh pulang. Kan jadinya terlihat kalau aku ini nggak dibutuhkan.” Kata Daichi lirih. Sang ibu mengelus kepala anaknya, lalu berkata, “Ya sudah. Lebih baik sekarang kamu makan dulu, biar pikiran jadi tenang. Akan tetapi, walaupun sudah dilakukan, kejadian tadi siang masih saja menghantui pikiran Daichi. Hampir selalu terbesit pikiran untuk meminta maaf kepada Sora. Sampai malam tiba, tepatnya saat Daichi akan tidur, ia membuat pernyataan pada diri sendiri. “Baiklah. Besok aku akan minta maaf karena sudah mengecewakan dirinya. Kalau perlu aku akan ajak Sora ke warnet berdua.” Bisiknya dalam hati.
Keesokan harinya saat istirahat sekolah, dimana siswa SMP keluar kelas untuk mampir di kantin pak Ken, Daichi pergi ke kelas Sora sendirian. “Sora, maafkan aku kemarin ya. Aku tidak bisa menemani kamu ke warnet untuk cari data. Aku tahu kalau kamu sangat kecewa terhadapmu. Kamu mau ‘kan maafkan aku? Pinta Daichi. Si gadis tersenyum dan berkata, “Oh, tentu saja. Malah aku yang seharusnya berterima kasih kepadamu karena aku sudah kau ajari cara membuka internet waktu itu. Kemarin juga kami sedikit coba-coba dan kita bisa temukan karena caramu itu.” “Hah, sungguh? Terima kasih sudah mau maafkan diriku ini. Hmmm... kamu mau nggak kalau kapan-kapan kamu kuajak ke warnet berdua? Nanti akan aku ajarkan cara buat E-mail dan chatting. Gimana?” ajak Daichi malu-malu. “Boleh kok. Tapi kalau ada waktu luang saja ya...”jawab Sora sambil tertawa. “Daichi, Daichi. Maafin aku ya kalau 2 hari yang lalu aku sudah nyontek semua jawaban kamu. Waktu itu aku bener-bener nggak bisa ngerjakan” kata Ryuko nyerobot. “Yah, tapi lain kali jangan ya” kata Daichi. “Hooii Daichi, jangan pacaran melulu. Sudah waktunya masuk!”kata Rick mengingatkan. “Ya sudah kalau begitu. Aku masuk kelasku dulu. Da...da....” Dengan demikian, legalah perasaan Daichi dari penyesalan yang sepanjang hari yang lalu menghantui hati. Kini dia mampu tersenyum menatap hari depan yang telah menantikan dirinya.
0 comments:
Post a Comment