PERILAKU KONSUMEN
Konsumen adalah orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan konsumsi, yaitu mengurangi atau menghabiskan nilai guna dari suatu barang. Berikut ini akan dijelaskan perilaku-perilaku konsumen dalam kehidupan.
1. Manfaat dan Nilai Barang
a) Manfaat atau Guna Barang
1. Kegunaan Bentuk
Suatu barang akan lebih berguna jika dirubah ke bentuk yang lain. Contoh : kayu batangan yang lebih berguna jika dirubah menjadi barang mebel, seperti meja, kursi, lemari, rak buku, dan lain-lain.
2. Kegunaan Tempat
Suatu barang akan lebih berguna jika dipindahkan ke tempat yang lain
Contoh : Pakaian tebal yang lebih berguna jika dipakai di tempat berhawa dingin.
3. Kegunaan Kepemilikan
Suatu barang akan lebih berguna jika digunakan oleh orang yang membutuhkan barang tersebut. Contoh : Buku yang dipakai oleh pelajar lebih berguna daripada diletakkan di etalase.
4. Kegunaan Waktu
Suatu barang akan lebih berguna di waktu-waktu tertentu. Contoh : Obat yang berguna jika digunakan saat sakit.
5. Kegunaan Pelayanan
Suatu barang akan lebih berguna jika dapat memberika jasa. Contoh : Televisi atau radio akan lebih berguna jika ada siarannya.
6. Kegunaan Dasar
Suatu barang akan lebih berguna setelah diolah dari bahan baku / bahan dasar menjadi barang jadi. Contoh : Kapas yang lebih berguna jika diolah menjadi benang untuk dibuat menjadi pakaian.
b) Nilai Barang
Suatu barang memiliki nilai jika dapat memenuhi kebutuhan manusia. Semakin banyak guna dari barang / jasa tersebut, seakin banyak pula nilainya.
1. Nilai Pakai
a. Nilai Pakai Objektif
Nilai pakai objektif adalah nilai pakai suatu barang dilihat dari keampuannya dalam memenuhi kebutuhan manusia pada umumnya. Contoh : makanan dan minuman mampu memeuhi kebutuhan pokok manusia.
b. Nilai Pakai Subjektif
Nilai pakai subjektif adalah nilai pakai barang yang diberikan oleh penggunanya. Nilai pakai subjektif setiap orang berbeda-beda, tergantung dari kemampuan barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Contoh : Buku pelajaran sangat berguna bagi pelajar, tetapi tidak terlalu bagi petani.
2. Nilai Tukar
a. Nilai Tukar Objektif
Nilai tukar objektif adalah kemampuan suatu barang untuk ditukar dengan barang / jasa lainnya. Contoh : Emas yang dapat ditukar dengan uang sesuai dengan nilai tukarnya.
b. Nilai Tukar Subjektif
Nilai tukar subjektif adalah nilai yang diberikan seseorang terhadap suatu barang dan jasa, karena dapat ditukarkan dengan barang atau jasa lainnya untuk memenuhi kebutuhan. Contoh : Tarif jasa becak dari stasiun menuju pasar Rp 5000,- tetapi menurut calon penumpang hanya Rp 4000,-
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
a) Pendapatan
Semakin besar pendapatan seseorang, semakin besar pula tingkat konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.
b) Tingkat Harga
Jika harga suatu barang naik, konsumen akan mengurangi pembelian agar bisa mencukupi kebutuhannya yang lain.
c) Ketersediaan Barang dan Jasa
Jika barang yang diperlukan tidak tersedia, konsumen tidak dapat membeli barang tersebut, walaupun uang yang dimliki mencukupi.
d) Selera
Konsumen akan membeli barang yang disukainya walaupun dengan pengorbanan yang besar. Sebaliknya konsumen tidak akan membeli barang yang tidak disukainya walaupun uang yag dimiliki mencukupi.
e) Lingkungan Sosial Budaya
Tingkat konsumsi dari masyarakat dengan budaya yang berbeda akan menyebabkan tingkat konsumsinya berbeda pula. Contoh : jika ada orang yang meninggal, masyarakat Bali perlu mangadakan upacara ngaben dengan biaya yang tidak sedikit, tetapi utuk masyarakat Jawa hanya cukup diadakan penguburan.
f) Prakiraan Harga Masa Mendatang
Konsumen akan berusaha memborong suatu barang jika diketahui harga barang tersebut akan naik dalam beberapa waktu mendatang.
3. Hukum Gossen
Seorang ekonom Jerman bernama Herman Heinrich Gossen mencoba menyelidiki cara pemuasan kebutuhan manusia terhadap barang dan jasa. Hasil penelitian Gossen ini menghasilkan hokum Gossen I dan hokum Gossen II.
Sebelum mempelajari hokum Gossen I dan II, kita perlu mempelajari tentang kegunaan total dan kegunaan marginal. Kegunaan total adalah total kepuasan seorang individu yang diperoleh dari konsumsi sejumlah produk dalam suatu periode waktu tertentu. Sedangkan kegunaan marginal adalah peningkatan kepuasan eorang konsumen karena mengonsumsi satu unit tambahan barang atau jasa. Kebanyakan barang dan jasa memiiki kegunaan marginal yang semakin menurun. Berikut ini penjelasan mengenai hokum Gossen.
a) Hukum Gossen I
Hukum Gossen I berbunyi : “Jika jumlah suatu barang yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu terus bertambah, maka kepuasan total yang diperoleh juga bertambah. Bahkan bila konsumsi terus dilakukan, pada akhirnya tambahan kepuasan yang diperoleh akan menjadi negatif dan kepuasan total manjadi berkurang.”
Contohnya adalah Rudi yang merasa haus, sehingga butuh untuk minum air. Dalam gelas pertamanya Rudi merasa sangat puas, sehingga bisa dinilai 10 util (util = satuan kepuasan). Rudi masih merasa haus, sehingga masih menginginkan beberapa gelas air lagi. Dalam gelas kedua Rudi juga merasa puas, namun karena perutnya sudah terisi air dari gelas pertama, kepuasan yang diperolehnya tidak sebesar gelas pertama, yaitu 5 util, sehingga kepuasan totalnya menjadi 15 util. Pada gelas ketiganya, Rudi masih mendapat kepuasan, yaitu 2 util, dan kepuasan totalnya manjadi 17 util.
Tetapi jika konsumsi tetap dilakukan, air yang diminum akan menyebabkan sakit karena perutnya sudah penuh dengan air. Karena menyebabkan penderitaan, kepuasan yang didapat menjadi negatif, yaitu -4, dan kepuasan totalnya menurun menjadi 13.
Jumlah Porsi Nasi yang Dikonsumsi | Kepuasan Total (Total Utility) | Kepuasan Marginal (Marginal Utility) |
0 1 2 3 4 | 0 10 15 17 13 | 0 10 = (10 – 0) 5 = (15 – 10) 2 = (17 – 15) -4 = (13 – 17) |
Pada kolom diatas, kepuasan marginal memperlihatkan penurunan, yaitu dari 10, 5, 2, dan akhirnya -4. Ketika kepuasan marginal menjadi negatif ( -4 ), kepuasan totalnya menjadi berkurang ( dari 17 menjadi 13 )..
Hukum Gossen I memiliki kelemahan, yakni setiap orang tidak akan memuaskan satu macam kebutuhan saja, tetapi setelah mencapai titik tertentu akan menyusul kebutuhan yang lain.
b) Hukum Gossen II
Hukum Gossen II dibuat untuk melengkapi kelemahan hukum Gossen I, karena pada kenyataanya konsumen memerlukan bermacam-macam jenis barang dan jasa.
Hukum Gossen II berbunyi : “Seorang konsumen akan membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa hingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang.”
Pembelian berbagai barang ini sedemikian rupa hingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu memberikan kepuasan masrginal yang sama. Seseorang tidak akan menghabiskan uangnya untuk barang / jasa yang sama, tetapi uang yang dimilikinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
Contohnya, Alice berpenghasilan Rp 600.000,00. Untuk memenuhi semua kebutuhannya sebulan diperlukan uang sebesar Rp 750.000,00. Cara agar Alice mampu memenuhi kebutuhannya selama sebulan adalah dengan membuat tabel pemuasan kebutuhan secara vertikal dan horizontal. Secara horizontal dari data jenis kebutuhan yang harus dipenuhinya, secara vertikal diurutkan jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi. Berikut ini contoh dari tabel pemuasan kebutuhan.
Jumlah | Makan | Pakaian | Perumahan | Kesehatan | Kesenangan |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 | 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 | 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 | 8 7 6 5 4 3 2 1 0 | 7 6 5 4 3 2 1 0 | 6 5 4 3 2 1 0 |
Jumlah | 55 | 45 | 36 | 28 | 21 |
Dari tabel diatas, terlihat bahwa makan mempunyai nilai tertinggi yaitu 10, pakaian 9, perumahan 8, kesehatan 7, kesenangan 6. Golongan kebutuhan marginal adalah kebutuhan kesenangan. Jika seluruh penghasilan Alice digunakan untuk makan, nilai kepuasannya berjumlah 55. Hal ini tidak mungkin dilakukannya karena ia harus membagi uang sesuai intensitas kebutuhan, demikian juga untuk kebutuhan yang lain. Jika uang yang dimilikinya Rp 600.000,00 dan setiap satuan jumlah kebutuhan, misalnya Rp 50.000,00, jumlah satuan kebutuhan yang terpenuhi, yaitu:
Jumlah uang 600.000
= = 30 unit
Kebutuhan per satuan 50.000
Hukum Gossen II tersebut merupakan pemuasan kebutuhan secara horizontal, yaitu pemuasan kebutuhan yang tidak bertumpu pada satu barang saja, tetapi pada banyak barang berdasarkan intensitasnya.
4. Teori Perilaku Konsumen
a) Teori Nilai Guna Kardinal
Menurut teori ini, kegunaan barang dapat dihitung secara nominal, sebagai mana kita menghitung berat dengan gram, dan panjang dengan meter. Satuan untuk kegunaan barang dalam ekonomi adalah util. Total uang yang dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per unit. Untuk setiap unit tambahan konsumsi, tambahan biaya yang harus dikeluarkan sama dengan harga barang per unit.
b) Teori Nlai Guna Ordinal
Menurut teori ini, kegunaan barang tidak dapat dihitung, hanya saja dapat dibandingkan dengan barang / jasa yang lain, contohnya adalah kecantikan seseorang. Untuk memudahkan pemahaman dapat kita lihat tabel berikut ini.
Makan Bakso (Mangkuk per bulan) | Makan Satai Ayam (Porsi per bulan) | Nilai Kepuasan |
10 8 6 4 3 | 3 4 6 8 10 | 100 100 100 100 100 |
Dalam nilai guna ordinal, tabel menunjukkan kombinasi alternatif dari dua produk yang berbeda. Tabel berikut digunakan untuk menentukan suatu keseimbangan pembelian konsumen dari dua produk dan menganalisis pengaruh perubahan harga relatif di kedua produk tersebut terhadap jumlah yang diminta.
Disini konsumen harus mengorbankan salah satu produk, jika menginginkan produk lain untuk dikonsumsi lebih banyak.
5. Pola Hidup Hemat
Hidup hemat diperlukan agar pendapatan yang kita terima lebih besar dari pengeluaran, sehingga tidak menimbulkan utang yang akan memberatkan diri sendiri. Penghematan dapat dimulai dengan pengendalian konsumsi melalui pencatatan berkala. Selain itu, kita perlu mengetahui ciri-ciri hidup hemat dan boros, agar kita mampu melakukan penghematan yang diharapkan. Ciri-ciri hidup hemat dan boros akan dijelaskan
a) Ciri-Ciri Hidup Hemat
1. bersifat wajar (tidak menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu).
2. sederhana.
3. tidak berlebih-lebihan.
b) Ciri-Ciri Hidup Boros
1. mempunyai sifat konsumtif, yaitu membeli barang-barang yang kurang penting.
2. kurang memikirkan hari depannya, dan cenderung mencari kesenangan belaka.
3. terlalu mementingkan penampilan lahiriah.
0 comments:
Post a Comment